Kalau tahun kemarin, kami merayakan lebaran di Bandung, tahun ini kami mudik ke Palembang, kampung halaman suami. Mudik lebaran ke Palembang tahun ini sengaja waktunya agak panjang supaya bisa kesana kemari karena daftar tempat yang mau dikunjungi banyak *LOL*.
Tadinya sempat galau mau mudik tanggal berapa, kegalauan ini akhirnya berimbas ke harga tiket pesawat yang kami dapat dengan harga yang cukup mahal karena baru issued tiket tanggal 19 Juni untuk tanggal berangkat 15 Juli dan tanggal pulang 22 Juli. Padahal sekitar bulan Mei saya cek-cek harga tiket pesawat untuk tanggal di sekitaran menjelang lebaran masih selisih 500rban. Lumayan banget kan padahal ya. Dasar saya ibu-ibu galau, kebanyakan galau, akhirnya malah dapat harga tiket lebih mahal π
Walaupun begitu tetap happy dong mau mudik. Oiya, sama seperti tahun kemarin, kami mudik menggunakan maskapai Garuda Indonesia dengan alasan karena membawa bayi. Ziva masih dihitung bayi secara pas mudik usianya masih 15 bulan lewat dikit. Jadi duduknya masih dipangku saya. Tahun depan kalo mudik lagi Ziva sudah duduk di kursi sendiri π
Kami memutuskan mudik H-2 karena suami pengen ngerasain puasa dan sahur di rumah Palembang. So far selama di bandara dan di pesawat Ziva bisa diajak kerjasama untuk nggak tantrum, hal yang sangat saya takuti terjadi pada Ziva kalau sedang berada di tempat umum π Di Palembang Ziva sempat demam 2 hari, mungkin kecapekan dan masuk angin. Jadinya nafsu makan dia menurun. Malah beberapa hari nggak mau makan nasi sama sekali >.< Maunya nenen terus. Alternatifnya saya kasih roti, susu cair, buah dan pempek. Ternyata Ziva doyan makan pempek. Iyalah kan turunan wong kito π
Lebaran hari pertama, kami sholat Ied di masjid dekat rumah mertua. Setelah sholat Ied, saya menelepon ke orang tua saya di Bandung lanjut makan-makan hidangan khas lebaran bikinan ibu mertua. Tentunya menu pempek nggak ketinggalan dong. Beres makan kami berangkat menuju rumah yai dan nyai (kakek dan neneknya suami dari pihak ibu). Tiba di sana, sudah rame saudara-saudara pada berkumpul. Kami berada di sana sampai sore. Dari rumah yai, kami mampir ke rumah adik dari ayah mertua saya. Dan di sana kami disuguhi tekwan hangat nan gurih. Nyam. Setelah itu kami pun pulang ke rumah.
Lebaran hari kedua kami berkunjung ke rumah kerabat ayah mertua saya di dusun Tanjung Karang. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam dari rumah mertua. Sempat kena macet gara-gara rombongan sapi menutup akses jalan π Rumah kerabat ayah mertua saya bentuknya masih rumah panggung yang terbuat dari kayu karena terletak di pinggie anak sungai Musi. Saat kami berkunjung airnya sedang surut sehingga di bagian bawah rumah bisa diinjak karena kondisinya kering. Banyak ayam, bebek dan kambing berkeliaran. Ziva suka banget melihat hewan-hewan tersebut.
Saya juga menyempatkan diri untuk silaturahim ke rumah bekas tetangga waktu dulu masih tinggal di Komplek Pertamina Kampung Bali, Sungai Gerong. Rasanya kurang afdol kalau ke Palembang nggak berkunjung ke rumah mereka yang sekarang. Tadinya mau ke rumah sahabat saya waktu SD, tapi nggak jadi karena dia sedang mudik ke kampung halaman suaminya di Bukittinggi.
Hari berikutnya kami berkunjung ke Bait AL-Quran Al-Akbar dan Amanzi Water Park untuk main air. Cerita lengkapnya akan saya buat di postingan terpisah.
Sempat terjadi drama ketika saya mau memesan pempek untuk oleh-oleh. Saya memang memesan mepet sehari sebelum jadwal pulang karena saya pikir pasti masih bisa lah. Ketika saya mau memesan di Vico, tempat pempek langganan eh untuk pemesanan hari itu sudah full. Pindah ke pempek Sentosa masih tutup, pindah lagi ke pempek Akiun tutup juga. Sempat putus asa juga hahahaha. Akhirnya nemu di daerah Plaju, pempek Flamboyant. Belum pernah coba sih sebelumnya. Tapi daripada pulang dengan tangan hampa yoweslah saya langsung pesan 100 pcs π Kata suami, gila nih Palembang, lagi lebaran begini masa krisis pempek *LOL*
Selain krisis pempek, libur lebaran bikin Palembang tambah macet. Apalagi daerah pusat kota. Waktu itu pengen makan martabak HAR yang di depan Masjid Agung Palembang. Lokasi warungnya di pinggir jalan Jendral Sudirman dimana arus lalu lintasnya sedang macet-macetnya sehingga mau parkir saja sulitnya minta ampun. Gagal deh menyantap salah satu makanan favorit saya itu. Gagal di hari pertama, besoknya kami keukeuh mau beli martabak HAR tapi kali ini kami lewat jalan Kolonel Atmo kemudian parkir di dekat pengkolan pertokoan Megaria. Suami jalan kaki menuju tempat yang jualan, padahal lumayan jauh. Demi si martabak HAR π Begini wujudnya. Kalau yang belum pernah makan mungkin agak aneh dengan bentuk dan rasanya. Tapi bener deh, makanan ini enak banget π
Waktu 8 hari di Palembang berasa singkat banget. Padahal belom makan mie celor, lenggang, pindang tulang, burgo, celimpungan, dll π Pokoknya kalau mudik ke Palembang nggak jauh-jauh dari kulineran deh *LOL*
Salam,
Β