Baru juga bernafas lega Ziva sudah sehat lagi pasca terkena diare akhir November yang lalu. Eh Sabtu siang tanggal 20 Desember tiba-tiba badannya panas. Padahal pagi masih ceria aja main bareng anak tetangga. Diukur suhu badannya mencapai 38,2 derajat Celcius. Panik dong. Nih anak kenapa lagi sih 🙁 Langsung deh dikasih Sanmol. Sampai malam badannya masih panas. Hasil pengukuran suhu badan masih di kisaran 38 derajat Celcius. Sebelum tidur dikasih Sanmol lagi. Besoknya badan Ziva masih anget-anget gitu, dicek suhu badannya udah turun di kisaran 37 derajat Celcius.
Hari Senin pagi beres mandiin Ziva pas mau balurin minyak telon kok saya melihat punggung Ziva merah-merah. Sempat kepikiran apa Ziva kena campak atau roseola sih tapi berhubung pagi itu badannya anget-anget doang dan anaknya masih lincah jadi hari itu saya masih berangkat kerja. Siang-siang dapat kabar Ziva panas lagi =__= Saya pun izin pulang cepat dari kantor.
Hari Selasa izin nggak masuk kerja karena bawa Ziva ke rumah sakit bareng suami. Hari itu Ziva sudah nggak demam. Pas di cek di suster station suhu badan Ziva di angka 37 derajat dan di ruangan Dokter Frengky malah 36 koma sekian (lupa). Setelah diperiksa oleh Dokter Frengky, menurut beliau Ziva bukan kena campak karena teorinya kalau anak kena campak akan disertai dengan batuk, diare, mata merah dan berair. Sedangkan Ziva nggak menunjukkan tanda-tanda tersebut. Menurut beliau demam dan merah-merah di badan Ziva akibat virus, bisa karena roseola infantum. Dokter Frengky pun meresepkan suplemen Isprinol yang katanya adalah immunomodulator untuk melawan virus, salep dan obat anti alergi. Sampe rumah cuma Isprinol yang dikasih ke Ziva. Salep dan obat anti alerginya nggak saya kasih.
Tentang perbedaan antara campak, roseola dan rubella bisa cek di sini, sana dan sono.
Hari Rabu, beruntusan merah-merah Ziva makin banyak tapi suhu badannya sudah normal. Kasian banget lihat dari muka sampai telapak kaki Ziva semua beruntusan merah 🙁 Tapi Alhamdulillah anaknya masih aktif dan makannya masih lahap. Menurut info dari emak-emak di grup WA, anak kena campak atau roseola boleh mandi kok, tapi pas handukan jangan digosok-gosok cukup ditepuk-tepuk aja. Tadinya sih Ziva cuma dilap-lap aja pas masih demam. Pas katanya boleh mandi ya besoknya saya mandiin seperti biasa. Untungnya hari Kamis tanggal merah pas natal jadi saya bisa seharian di rumah nemenin Ziva. Padahal tadinya mau ikut ke rumah Oma (ibunya papap) yang merayakan natal di Ciledug. Seiring berjalannya waktu, ruam merah di tubuh Ziva mulai hilang, nggak langsung hilang sih, yang awalnya merah jadi bintik hitam kemudian hilang dengan sendirinya tanpa bekas.
Belum selesai sampai di situ. Jumat 16 Januari 2015 dini hari pas saya kebangun karena Ziva minta nenen, kaget Ziva kok panas banget. Langsung cek pake termometer panasnya sampe 38,9 derajat Celcius. Saya langsung bangunin suami bilang kalo Ziva panas. Beres nenen, langsung minumin Sanmol, telapak kaki, dada dan punggung Ziva diolesin essential oil Peppermint dan Thieves terus tidur. Besok paginya, suhu badan Ziva masih di sekitaran 38 derajat Celcius. Masih dikasih Sanmol dan dioles essential oil (EO). Berharap demamnya bisa makin turun karena malam harinya ada rencana ke nikahan saudara di Jakarta. Ternyata sampai malam Ziva masih demam sehingga rencana mau kondangan batal. Hari Minggu karena khawatir ada apa-apa, saya dan suami membawa Ziva ke UGD RS Mitra Keluarga Cikarang. Saat itu Ziva nggak ada batuk, flu, pilek, diare tapi mulai keluar ruam merah. Saya udah khawatir Ziva kena campak karena belum sempat diimunisasi. Dokter UGD menyarankan untuk cek darah. Setelah menunggu sekitar 45 menit hasil cek darahnya keluar. Hasilnya menunjukkan kadar trombosit Ziva ada di level 180.000 (batas minimal 150.000) dan leukosit di atas normal. Hari Selasa disuruh balik lagi cek darah dan kontrol ke DSA. Pulang dari UGD bawa oleh-oleh Isprinol (lagi), dan obat turun panas Proxion. Hari Senin saya izin nggak masuk kantor lagi demi nenemin Ziva di rumah. Walaupun demam sudah mulai turun, masih tetap saya oles pake EO. Mana pake acara Ziva mulai melancarkan aksi gerakan tutup mulut alias mogok makan. Padahal kan anak sakit perlu asupan bergizi supaya cepet sehat. Lah ini malah mogok makan maunya nenen melulu.
Selasa tanggal 20 Januari, kami balik lagi ke rumah sakit. Setelah cek darah dan hasilnya keluar kami kontrol ke DSA Frengky. Menurut dokter Frengky sih ya ini Ziva kena virus roseola lagi. Saya tadinya khawatir Ziva kena campak ini malah ditambah khawatir suspect DBD, karena hasil cek darahnya hari itu turun jadi 176.000. Dokter Frengky bilang kalau masih khawatir, hari Kamis disuruh cek darah lagi. Berhubung obat masih pada ada yang dari UGD, jadi dokter Frengky nggak kasih resep obat. Tadinya hari Kamis mau cek darah lagi, tapi suami ada kerjaan di Bandung. Rencana digeser ke Sabtu, tapi malah nggak jadi karena kondisi Ziva sudah nggak panas dan anaknya ceria-ceria aja.
Fiuh….3 bulan berturut-turut Ziva sakit mulai dari diare sampai 2 kali kena roseola bikin saya dan suami ikutan merosot staminanya. Badan udah agak meriang, kepala pusing 😀 Ya gitulah seni jadi orang tua. Anak sakit, orang tuanya jadi ikutan sakit.
Ya Allah, berikan selalu kesehatan kepada anak kami dan kami sebagai orang tuanya. Aamiin.
Salam,