Ziva sakit!!! Bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit selama 5 hari, hiks.
Selasa 2 September yang lalu, badan Ziva mulai terasa agak anget-anget. Dicek suhunya masih sekitar 37 koma (lupa koma berapa). Tidur malamnya mulai rewel. Biasanya hanya bangun 1-2 kali untuk nenen, ini bangun tiap jam, nangis, digendong sambil diayun-ayun bisa tidur begitu digeletakin nangis lagi. Bahkan jam 2 pagi kebangun nangis terus sampai jam 4 pagi! Mana saat itu ayah lagi tugas ke Bandung, saya hanya berdua Ziva di rumah. Alhasil saya ngantuk berat saat di kantor.
Rabu 3 September, suhu badan Ziva makin tinggi, mencapai 38,3 derajat Celcius. Ziva terus saya gempur pake ASI. Tidur malamnya rewel. Saya dan ayah bergantian menggendong dan mengompres Ziva. Mungkin karena sama-sama lelah, jadi sempat saling emosi juga. Bingung, nggak ngerti kenapa Ziva demam. Saya nebak-nebak mungkin Ziva mau tumbuh gigi.
Kamis 4 September subuh, suhu badannya naik lagi jadi 39 derajat Celcius. Saya memutuskan untuk izin nggak masuk kantor. Pagi itu juga kami membawa Ziva ke RS Mitra Keluarga Cikarang. Berhubung daftar ke dokter Frengky-nya mendadak jadi dapat nomor antrian 20. Saat dicek suhu badan oleh suster di suster station, kami disarankan untuk langsung membawa Ziva ke IGD karena suhu badan masih tinggi, khawatir Ziva keburu kejang kalau menunggu antrian. Buru-buru kami ke IGD. Daftar kemudian langsung masuk ke ruang IGD. Oleh suster, saya disuruh meletakkan Ziva di tempat tidur. Ziva sempat diberi obat penurun panas Proris yang dimasukkan lewat anus. Saat dokter jaga IGD tanya apakah Ziva flu, batuk atau pilek saya jawab nggak karena memang Ziva sedang nggak flu, batuk atau pilek. Dokter kemudian meresepkan Tempra drop dan Starmuno. Tiba di rumah, saya langsung minumin Tempra drop ke Ziva. Suhu badannya langsung turun. Tapi begitu efek obatnya habis, suhu badannya meningkat lagi.
Jumat 5 September, saya sempat masuk kantor sebentar. Jam 11.15 saya pulang ke rumah kemudian saya dan ayah balik lagi ke IGD RS Mitra Cikarang karena siang itu suhu badan Ziva masih tinggi. Di IGD, Ziva dicek oleh dokter jaga yang beda dengan yang hari Kamis. Dokter tersebut menyarankan Ziva untuk langsung rawat inap. Setelah berdiskusi dengan ayah, kami memutuskan Ziva untuk cek darah dulu untuk memastikan penyebab panas Ziva. Dari hasil cek darahnya, ternyata nilai leukosit (sel darah putih) Ziva sangat tinggi yaitu 32.100 dan CRP kuantitatifnya mencapai 136, padahal normalnya maksimum hanya 18.000 untuk nilai leukosit dan kurang dari 6 untuk CRP kuantitatif. Dokter bilang Ziva harus segera dirawat inap karena hasil darahnya ini menunjukkan ada infeksi di dalam badan Ziva. Allahu Akbar, saya langsung lemes mendengar Ziva terkena infeksi dan harus dirawat inap. Ayah langsung disuruh booking kamar sementara saya nungguin Ziva di IGD. Saat suster datang mau pasang infus ke Ziva, saya disuruh keluar. Duh, nggak tega ninggalin Ziva untuk dipasang infus, pasti bakal nangis jejeritan. Bener aja, saat saya nunggu di luar ruang IGD, terdengar suara tangisan Ziva yang membahana 🙁 Saya buru-baru masuk lagi ke ruang IGD untuk menenangkan Ziva. Arrrgh…hati saya pilu banget melihat tangan mungil Ziva tertancap jarum infus. Saat sudah di kamar, saya segera menghubungi orang tua saya kalau Ziva dirawat inap. Mereka yang semula akan ke Cikarang hari Sabtu langsung berangkat Jumat itu juga bareng adik perempuan saya.
Sabtu 6 September pagi, dokter Frengky datang untuk visit. Beliau bilang dari hasil cek darah dengan nilai leukosit dan CRP kuantitatif setinggi itu kemungkinan ada infeksi bakteri di dalam badan Ziva. Hanya saja belum diketahui, infeksinya menyerang bagian mana. Tapi dengan tanda-tanda pup Ziva yang frekuensinya meningkat diduga infeksi bakterinya menyerang pencernaan. Biasanya Ziva pup 4-5 hari sekali karena masih ASI eksklusif, tapi semenjak demam kemudian panas tinggi, pupnya sehari bisa 4-5 kali dengan konsistensi encer dan sedikit-sedikit. Jadi dokter memutuskan untuk memberikan Ziva 2 macam antibiotik yang diinjeksi melalui selang infus yaitu Amikacin dan Kalfoxim serta obat turun panas (lupa merknya), Zincpro drop (untuk pencernaan), Vometa drop (untuk muntah) dan Lacto-B. Darah Ziva diambil lagi untuk dikultur untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksinya.
Minggu 7 September, dokter Frengky visit lagi. Beliau bilang, hari Senin, Ziva akan cek darah lagi untuk mengetahui perkembangan nilai leukosit dan CRP kuantitatifnya apakah sudah menurun sejak diberi obat-obatan. Sementara itu suhu badan Ziva masih naik turun.
Senin 8 September, subuh-subuh petugas lab sudah datang ke kamar untuk mengambil darah Ziva. Sekitar jam 8 pagi dokter Frengky visit sambil membawa hasil cek darah Ziva. Hasilnya nilai leukosit sudah di angka 13.200 yang berarti sudah normal tapi CRP kuantitatif masih di angka 70, masih cukup tinggi mengingat standar normalnya itu harus di bawah angka 6. Alhasil Ziva belum boleh pulang 🙁
Selasa 9 September, pagi-pagi saya menyerahkan feses Ziva untuk dicek di lab apakah fesesnya mengandung bakteri atau nggak. Menurut dokter Frengky, hasil uji lab feses Ziva menunjukkan nggak ada pertumbuhan bakteri didalamnya. Penyebabnya bisa jadi memang nggak ada bakterinya atau bakterinya sudah mulai hilang karena obat-obatan yang sudah masuk ke Ziva dari hari Jumat. Kenapa Selasa baru cek feses? Karena pihak lab membutuhkan feses dengan jumlah cukup banyak padahal pup Ziva sejak sakit selalu sedikit-sedikit. Mulai agak banyak ya pas hari Selasa itu.Saat dokter Frengky visit, saya dan ayah minta agar Ziva bisa pulang hari itu. Dokter Frengky bilang boleh pulang asalkan cek darah hari itu minimal CRP kuantitatifnya di bawah 20, kalau masih di atas 20, baru boleh pulangnya hari Rabu. Ternyata hasil cek darah Ziva, CRP kuantitatifnya masih di angka 25. Mau nggak mau deh masih nginep 1 hari lagi di rumah sakit.
Rabu 10 September, hari yang dinanti pun tiba 😀 Dokter Frengky menyatakan Ziva sudah boleh pulang hari itu. Alhamdulillah ya Allah. Sementara ayah mengurus administrasi, saya beres-beres. Suster pun datang untuk melepas infusan Ziva. Setelah infusannya dibuka, saya lihat di tangan kiri Ziva terdapat 4 titik bekas tusukan. Pantesan saat pasang infus di IGD hari Jumat yang lalu Ziva nangis kenceng banget, wong ditusuk-tusuk sampai 4 kali gitu, hiks. Beres urusan administrasi, kami pulang deh ke rumah sambil dibekelin obat Cefspan, Zincpor dan Lacto-B. Saya dan Ziva naik taksi, ayah naik motor yang ikutan nginep di rumah sakit dari hari Jumat.
Jumat 12 September, balik lagi ke dokter Frengky untuk kontrol. Sekalian saya tanya hasil cek kultur darahnya. Ternyata hasilnya menunjukkan nggak ada pertumbuhan bakteri. Menurut dokter Frengky penyebabnya bisa jadi kebetulan memang nggak ada bakteri di sampel darah yang diambil (karena bakteri menyebar di aliran darah) atau bakteri di dalam sampel darahnya yang terambil sangat sedikit sehingga saat ditanam di media, malah nggak tumbuh. Dokter Frengky kemudian malah meresepkan Rhinos untuk pilek dan Limoxin untuk batuk karena pas cek hidung Ziva nampak ada seperti lendir. Beliau suspect kalau Ziva terkena flu.
Fiuh….pengalaman pertama Ziva sakit sampai harus dirawat inap ini benar-benar menguras emosi, tenaga dan pikiran saya dan ayah. Menjadi pelajaran juga bagi kami untuk lebih aware jika tiba-tiba suhu badan Ziva meningkat alias demam. Saat Ziva dirawat, ada teman saya yang anaknya juga sedang dirawat karena terkena serangan kejang untuk yang ketiga kalinya. Menurut teman saya itu, serangan pertama terjadi ketika anaknya berumur 4 bulan sampai harus masuk ICU.
Oiya, dibalik kejadian Ziva yang harus dirawat inap, ada hikmahnya juga. Selama ini dari Ziva umur 2 bulanan sampai menjelang 5 bulan setiap tidur harus selalu dibedong. Kalau nggak, tidurnya bakal kebangun-bangun terus alias kagetan. Pulang dari rumah sakit, malah Ziva nggak betah dibedong, jadi sekarang kalau tidur ya no more bedong 😀 Alhamdulillah.
Ya Allah, limpahkan anak kami sebaik-baik perlindungan. Semoga sepanjang usianya Engkau selalu berikan kesehatan dan keselamatan. Aamiin.
Salam,
alhamdulillah, sehat terus ya Zivaa
Makasih Mbak Haya 🙂
Cita, pasti rasanya patah ati ya waktu anak sakit? dan aku baru ngeh kalo Ziva mirip ama mamanya nih….imutt benerrr ziva-nya .. mamanya juga deh *hihi takut ditimpuk*
Sehat terus ya Ziva!! Kiss kiss dari jauh.
Iya banget mbak Nana….campur aduk gak karuan rasanya….wah baru ini ada yang bilang Ziva mirip aku, biasanya dibilang mirip ayahnya hehehe…makasih ya mbak Nana 🙂