In Memoriam: Riesya Astari Octavianty

17178_1249944642750_8226694_n5 Oktober 1982 – 14 November 2014

Riesya Astari Octavianty. Akrab dipanggil Sasha. Teman kuliah saya dulu waktu di jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pasundan, Bandung. Saya mengenalnya sebagai pribadi yang baik, supel dan ramah. Lama nggak ketemu, tiba-tiba saya mendengar Sasha sakit lagi dan kabar duka pun datang malam itu. Memori saat saya dan beberapa teman pernah menyempatkan diri untuk membesuk Sasha, pasca menjalani operasi pengeluaran cairan di otaknya beberapa tahun yang lalu di Bandung seketika berkelebat.


Saat saya mengetahui kalo Sasha udah nggak ada, saya langsung menghambur ke pelukan suami sambil menangis terisak-isak. Terasa lemas dan gemetar seluruh badan mendengar kabar kepergiannya. Ya Allah, Allahu Akbar. Saya kaget. Sungguh. Padahal paginya, menurut kabar yang saya tau, dokter spesialis penyakit dalam baru saja visit dan mengatakan bahwa kasus tumor otak yang dialami Sasha merupakan kasus langka. Kondisi fisik normal tapi kemungkinan adalah kecepatan perkembangan tumornya lebih cepat daripada pengobatannya. Langkah selanjutnya untuk penanganan adalah melakukan MRI. Dokter menjadwalkan di hari Sabtu karena menunggu antrian. Tapi Allah berkehendak lain. Jumat malam itu Sasha pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dunia yang fana ini sehari setelah ulang tahun pernikahannya yang ke-4 🙁

Memang, beberapa hari sebelumnya saya mendapat kabar kalau Sasha kritis. Rumah sakit yang biasa tempat Sasha berobat di daerah Ciledug sudah nggak sanggup menangani Sasha sehingga Sasha kemudian dibawa ke RS Dharmais. Dua minggu dikemoterapi, seminggu belakangan kondisi Sasha malah mundur. Kondisinya sudah nggak sadar dan nggak merespon.

Sasha, membuat tulisan ini sambil mengingatmu membuat genangan air mata kembali mengambang. Betapa tidak. Kamu pergi meninggalkan seorang suami dan 2 orang anak perempuanmu yang masih balita dan bayi. Si bungsu baru saja berusia 3 bulan tapi sudah harus kehilangan kasih sayang dan dekap lembutmu. Kamu hanya sempat menyusuinya selama seminggu pasca melahirkan karena kamu harus menjalani berbagai terapi dan pengobatan. Tapi setidaknya, sang jabang bayi sudah sempat merasakan tetesan air susu ibunya yang pernah mengandung dan melahirkannya dengan penuh perjuangan. Betapa tidak. Hamil dalam kondisi normal saja sudah berat bagi seorang perempuan. Apalagi hamil dalam kondisi ada tumor di otak dan semakin hari fungsi indera tubuhmu semakin menurun. Saat usia dan berat badan calon bayi di dalam kandunganmu diperkirakan cukup oleh dokter, kamu pun menjalani operasi caesar. Bayi perempuan nan cantik pun lahir dari rahim seorang perempuan hebat dan kuat. Saya ingat betul. Saya dan teman-teman sibuk mencarikan donor ASI untuk bayi-nya Sasha melalui postingan di berbagai sosial media. Alhamdulillah, kabar dari saudaranya, donor ASI waktu itu bisa didapat.

10610624_841318925901776_2462132348749722707_n

Besar harapan saya, teman-temannya dan tentu saja keluarganya untuk kesembuhan Sasha. Mengingat segala usaha dan perjuangan yang sudah dilakukan selama ini. Tapi Allah ternyata lebih menyayangi Sasha. Allah nggak ingin Sasha lebih menderita dengan merasakan sakitnya.

Selamat jalan Riesya Astari Octavianty. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untukmu, melapangkan kuburmu, menerima segala amal ibadahmu, mengampuni segala dosamu, menjadikanmu khusnul khatimah. Semoga Allah memberikan kekuatan, kesabaran dan keikhlasan untuk suamimu, anak-anakmu dan juga keluargamu. Semoga kedua anak perempuanmu menjadi anak-anak yang sholehah, tegar, kuat dan membanggakan meski tanpa kamu di sisi mereka.

Ah, tangan saya bergetar ketika harus mengetik kata demi kata di tulisan ini. Saya hanya bisa berdoa semoga saya dan suami diberi kesehatan, umur panjang dan rezeki yang lapang agar bisa membesarkan, mendidik dan merawat Ziva sampai dia dewasa dengan baik.

Aamiin…

Salam,

signature citandy

In Memoriam: Riesya Astari Octavianty

2 thoughts on “In Memoriam: Riesya Astari Octavianty

  1. Innalilahiwainnailaihiroojiuun….
    turut berduka cita ya…
    sedih banget ya melihat anak2nya yg masih perlu dekapan seorg ibu, harus ditinggalkan pergi utk selama2nya 🙁

    1. Iya Mak Dewi, saya pun sedihnya luar biasa sampe kepikiran terus nasib anak2nya temenku ini 🙁

Leave a Reply to Susanti DewiCancel reply

Scroll to top
%d bloggers like this: